Monday, March 30, 2015

Cahaya di Malam Hari

Di suatu malam Minggu, seorang bunda menyuruh anaknya untuk naik ke atas tempat tidur. Namun, anaknya itu susah untuk diperintah. Ia selalu saja tidak menghiraukan omongan bundanya.
“Cahaya, untuk yang kesekian kalinya bunda bicara. Tolong naik ke tempat tidur, sayang!” pinta Bunda lembut.
“Aaah, bunda ini. Film-nya kan masih bagus. Aku benci bunda!” teriak Cahaya.
“Huss, Cahaya tak boleh bicara seperti itu! Bunda yang telah melahirkan Cahaya. Seharusnya Cahaya senang punya bunda yang memperhatikan Cahaya.” Nasihat Ayah. Bunda hanya menatap Cahaya pasrah dan masuk ke kamarnya.
“Tuh kan Cahaya. Bunda marah. Sana cepat minta maaf pada bunda!” pinta Ayah sambil melanjutkan membaca koran.
“Habis, acaranya masih seru, tetapi bunda malah menyuruhku tidur. Aku jadi kesal. Pokoknya Cahaya gak mau minta maaf!” teriak Cahaya. Cahaya segera memasuki kamarnya.
Maklum, anak kecil masih kelas 1 SD belum tahu apa-apa.. batin ayah.
Sampai di kamar, Cahaya langsung memeluk Snoopy. Boneka kesayangannya berbentuk anjing kecil bewarna putih. “Huh, bunda ini. Padahal kan acaranya masih seru. Cahaya juga belum ngantuk” cetus Cahaya pada dirinya sendiri. Tiba-tiba, ada rasa kasihan menyelimuti hati Cahaya. “Tetapi bagaimana dengan Bunda, ya? Cahaya pikir, semuanya memang salah Cahaya. Tapi, besok saja deh minta maafnya” pikir Cahaya. Setelah itu, Cahaya langsung tertidur lelap.
Di kamar, bunda sakit hati mendengar omongan anaknya itu. Ia pun segera memasuki kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan segera sholat Isya’. “Masya allah, Cahaya. Cahaya kan belum sholat. Bagaimana ini?” tanya bunda pada dirinya sendiri. Bunda pun tak melanjutkan sholatnya. Ia segera pergi keluar kamar.
“Ayah..” panggil bunda. Ayah yang kaget langsung menghampiri bunda. “Ada apa Bunda? Kok sepertinya bunda panik sekali?” tanya Ayah. “Begini, Yah. Cahaya..” kata Bunda terputus untuk menghela napas. “Cahaya kenapa, Bunda? Ada apa dengan Cahaya?” tanya ayah lagi.
“Cahaya belum sholat isya’ yah” jawab bunda.
“Astaughfirullah, ayo kita bangunkan Cahaya untuk sholat isya’. Maaf tadi Ayah sudah sholat Isya’ duluan di masjid sekalian sholat maghrib. Sekarang Cahaya sudah tidur di kamarnya,” ajak Ayah.
“Tapi yah, bunda takut kalau bunda mengganggu Cahaya lagi” jawab bunda lirih.
“Sudahlah, biar ayah yang panggilkan Cahaya”
Ayah segera menuju ke kamar Cahaya. “Cahaya, bangun nak. Ayo sholat Isya’ dulu.” panggil ayah.
“Ah, oh iya. Cahaya lupa. Ayo yah!” ajak Cahaya sambil meraih tangan ayah dan menuju kamar mandi untuk mengambir air wudhu.
“Cahaya, maaf ya. Ayah sudah sholat isya’ tadi di masjid. Jadi, kamu sholat sama Bunda, ya” ucap ayah. Langkah Cahaya langsung terhenti. “Baiklah Yah. Aku juga mau minta maaf atas kejadian tadi,” jawab Cahaya sambil menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Tak ada segala sesuatu yang dapat menghalangi Cahaya untuk beribadah. Memang benar-benar anak sholeha. Gumam ayah sambil senyum sendiri.
Cahaya pun keluar dari kamar mandi. Ia pun memasuki kamar bundanya. Hatinya deg-degan. Ia pun mengintip bundanya sedang duduk di sisi kasur dengan mukanahnya sambil menunggu Cahaya.
Ckrek!!!…
Bunda segera menoleh. “Cahaya, ayo sholat!” panggil bundanya.
Cahaya segera memakai mukenahnya dan segera bersiap-siap. “Ayo bunda!” ajak Cahaya. Bundanya pun tersenyum dan segera memulai sholatnya.
Seusai sholat, Cahaya langsung bicara pada bunda. “Bunda, maafkan cahaya ya atas kejadian tadi. Cahaya..” Cahaya mulai bicara dan disambung oleh bunda.
“Iya Cahaya, bunda tau. Bunda juga sudah maafkan Cahaya kok.” balas bunda.
Cahaya pun segera salim dan pamit kembali untuk melanjutkan tidur. Itulah malam yang tak dapat dilupakan oleh Cahaya. Ia pun menjadi mempunyai pelajaran. Ia tak boleh tak mendengarkan omongan Bundanya

Previous Post
Next Post

0 komentar:

Play Crypto Mining Game


Fire Faucet : The Best Auto Faucet