Desember hampir berakhir. Tapi hujan masih sangat betah untuk membasahi muka bumi. Rintik air yang jatuh, membuat tanah basah. Menjadikan suasana sangat teduh.
“Ini untukmu”. Di atas pembaringan, seorang lelaki menyodorkan sebuah kotak pada gadis yang tengah duduk di sebelahnya.
“Apa ini?”. Gadis itu membalas. Memaksakan untuk tersenyum walaupun hatinya terasa tersayat.
“Kamu liat aja”. Laki-laki itu menjelaskan. Mengukir senyum di wajahnya yang pucat. Tangannya yang dihiasi selang infus mengelus puncak rambut gadis itu. Namanya Alpha. Sementara laki-laki lain yang berdiri si belakang alpha hanya menatap tidak suka. Mendadak hatinya seperti tersulut api. Sangat panas.
“Sebuah buku?”. Tanya alpha bingung.
“Tolong bacakan sinopsisnya untukku. Aku akan mendengarkannya. Orion, kau juga akan mendengarkannya kan?”. Suara laki-laki itu melemah. Tatapannya diarahkan pada laki-laki yang berdiri di belakang alpha.
“Ya. Mungkin”. Orion menjawab tak acuh.
Jemari alpha bergerak lambat. Membuka cover utamanya kemudian mulai membaca.
“Ini untukmu”. Di atas pembaringan, seorang lelaki menyodorkan sebuah kotak pada gadis yang tengah duduk di sebelahnya.
“Apa ini?”. Gadis itu membalas. Memaksakan untuk tersenyum walaupun hatinya terasa tersayat.
“Kamu liat aja”. Laki-laki itu menjelaskan. Mengukir senyum di wajahnya yang pucat. Tangannya yang dihiasi selang infus mengelus puncak rambut gadis itu. Namanya Alpha. Sementara laki-laki lain yang berdiri si belakang alpha hanya menatap tidak suka. Mendadak hatinya seperti tersulut api. Sangat panas.
“Sebuah buku?”. Tanya alpha bingung.
“Tolong bacakan sinopsisnya untukku. Aku akan mendengarkannya. Orion, kau juga akan mendengarkannya kan?”. Suara laki-laki itu melemah. Tatapannya diarahkan pada laki-laki yang berdiri di belakang alpha.
“Ya. Mungkin”. Orion menjawab tak acuh.
Jemari alpha bergerak lambat. Membuka cover utamanya kemudian mulai membaca.
“Tentang Rasa”. alpha membaca judul dari buku itu.
“Ini adalah sebuah cerita tentang tiga orang anak manusia. Tentang bagaimana takdir menyatukan cinta dan tentang bagaimana takdir memberi warna dalam kehidupan”. Alpha menghela nafas sesaat. Kemudian menatap seorang laki-laki bernama sirius yang terbaring lemah di sebelahnya.
“Kenapa berhenti?”. Tanya sirius sayu. Kini tangannya menggenggam tangan alpha. Sementara orion hanya mengepalkan tangannya untuk menahan marah.
“Mereka adalah Alpha, sirius, dan orion”. Kalimat alpha terputus. Dan orion langsung menoleh ke arah sirius.
“Sirius dan orion adalah saudara kembar identik yang memiliki kesamaan fisik. Dan kesamaan dalam memilih seorang gadis. Suatu ketika sirius dan orion berdebat hebat. Hingga mereka saling melempar tinju. Darah segar mengalir bebas di sudut bibir, pelipis, bahkan di hidung mereka. Tapi semuanya tak peduli. Orion dan sirius tetap kokoh mempertahankan keinginan masing-masing. Alpha. Ya, mereka menyukai gadis yang sama. Gadis yang telah menjadi sahabat mereka sejak kecil. Tidak ada yang mau mengalah. Sampai akhirnya sirius yang sifatnya lebih brutal dari orion, mencekik leher orion dan membawanya sampai ke sudut ruangan. Kemudian pukulan maha dasyat itu dipersembahkan sirius untuk orion. Tepat di perutnya. Hingga orion tumbang”. Alpha terdiam kembali. Merasakan ada sesuatu yang terlepas di tangannya. Alpha, menggenggamnya lagi. Tapi tangan itu sudah tidak sehangat tadi. Tangan itu, tangan sirius sudah dingin. Dingin sekali. Air mata alpha menetes. Keluar tanpa ampun diiringi dengan isakan yang memilukan.
“Sirius meninggalkan orion yang terkapar tak berdaya. Dengan amarah yang membara sirius memaksimalkan laju mobilnya. Tanpa memperhatikan rambu lalu lintas. Tanpa sadar, alat transportasi yang ditumpangi sirius menghantam pembatas jalan tanpa ampun. Semuanya hancur. Sirius terpental jauh ke tengah jalan raya. Sialnya, sebuah truk tengah melaju. Untung saja sang supir langsung menginjak rem. Tapi, tetap saja. Sirius bernasib malang. Bagian kaki hingga lututnya remuk. Cairan merah pekat mengalir di mana-mana”. Alpha menangis. Menepuk dadanya dengan kasar. Ada yang menjerit kesakitan di sana. Perih. Seperti tersayat.
“Di dalam rumah sakit, mereka kembali bertemu. Sirius dan orion tidur di atas pembaringan yang letaknya sejajar. Bukankah takdir begitu kejam? Ya. Sangat. Ginjal orion rusak karena hantaman sirius yang amat sangat kuat. Sekali lagi, takdir sangat kejam. Alpha duduk sembari memeluk lututnya di depan pintu. Air matanya sudah menganak sungai dengan deras. Bahunya naik turun seirama dengan isakannya. Kata dokter, ginjal sirius akan didonorkan untuk orion. Karena mereka kembar, kemungkinan cocok akan lebih mendominasi. Karena sirius telah mengakhiri segala urusannya di dunia. Jantungnya sudah tidak mau lagi untuk berdetak. Ini sungguh karena takdir. Tau kenapa?. Karena orion harus bersama alpha untuk menjadi bintang terbesar yang cahayanya lebih terang dari matahari. Jadi takdir memilih cinta yang harus disatukan”. Alpha menghentikan kalimatnya lagi. Isakannya sudah tak terkendali. Bahkan orion turut menangis karenanya.
“Ini adalah sebuah cerita tentang tiga orang anak manusia. Tentang bagaimana takdir menyatukan cinta dan tentang bagaimana takdir memberi warna dalam kehidupan”. Alpha menghela nafas sesaat. Kemudian menatap seorang laki-laki bernama sirius yang terbaring lemah di sebelahnya.
“Kenapa berhenti?”. Tanya sirius sayu. Kini tangannya menggenggam tangan alpha. Sementara orion hanya mengepalkan tangannya untuk menahan marah.
“Mereka adalah Alpha, sirius, dan orion”. Kalimat alpha terputus. Dan orion langsung menoleh ke arah sirius.
“Sirius dan orion adalah saudara kembar identik yang memiliki kesamaan fisik. Dan kesamaan dalam memilih seorang gadis. Suatu ketika sirius dan orion berdebat hebat. Hingga mereka saling melempar tinju. Darah segar mengalir bebas di sudut bibir, pelipis, bahkan di hidung mereka. Tapi semuanya tak peduli. Orion dan sirius tetap kokoh mempertahankan keinginan masing-masing. Alpha. Ya, mereka menyukai gadis yang sama. Gadis yang telah menjadi sahabat mereka sejak kecil. Tidak ada yang mau mengalah. Sampai akhirnya sirius yang sifatnya lebih brutal dari orion, mencekik leher orion dan membawanya sampai ke sudut ruangan. Kemudian pukulan maha dasyat itu dipersembahkan sirius untuk orion. Tepat di perutnya. Hingga orion tumbang”. Alpha terdiam kembali. Merasakan ada sesuatu yang terlepas di tangannya. Alpha, menggenggamnya lagi. Tapi tangan itu sudah tidak sehangat tadi. Tangan itu, tangan sirius sudah dingin. Dingin sekali. Air mata alpha menetes. Keluar tanpa ampun diiringi dengan isakan yang memilukan.
“Sirius meninggalkan orion yang terkapar tak berdaya. Dengan amarah yang membara sirius memaksimalkan laju mobilnya. Tanpa memperhatikan rambu lalu lintas. Tanpa sadar, alat transportasi yang ditumpangi sirius menghantam pembatas jalan tanpa ampun. Semuanya hancur. Sirius terpental jauh ke tengah jalan raya. Sialnya, sebuah truk tengah melaju. Untung saja sang supir langsung menginjak rem. Tapi, tetap saja. Sirius bernasib malang. Bagian kaki hingga lututnya remuk. Cairan merah pekat mengalir di mana-mana”. Alpha menangis. Menepuk dadanya dengan kasar. Ada yang menjerit kesakitan di sana. Perih. Seperti tersayat.
“Di dalam rumah sakit, mereka kembali bertemu. Sirius dan orion tidur di atas pembaringan yang letaknya sejajar. Bukankah takdir begitu kejam? Ya. Sangat. Ginjal orion rusak karena hantaman sirius yang amat sangat kuat. Sekali lagi, takdir sangat kejam. Alpha duduk sembari memeluk lututnya di depan pintu. Air matanya sudah menganak sungai dengan deras. Bahunya naik turun seirama dengan isakannya. Kata dokter, ginjal sirius akan didonorkan untuk orion. Karena mereka kembar, kemungkinan cocok akan lebih mendominasi. Karena sirius telah mengakhiri segala urusannya di dunia. Jantungnya sudah tidak mau lagi untuk berdetak. Ini sungguh karena takdir. Tau kenapa?. Karena orion harus bersama alpha untuk menjadi bintang terbesar yang cahayanya lebih terang dari matahari. Jadi takdir memilih cinta yang harus disatukan”. Alpha menghentikan kalimatnya lagi. Isakannya sudah tak terkendali. Bahkan orion turut menangis karenanya.
Alpha beralih pada halaman terakhir. Kemudian mengatur nafasnya sebelum membaca. “Tentang Rasa. Story by Sirius. Sama kayak cerita yang aku buat ini, urusanku sudah berakhir. Kamu, alpha. Kamu ditakdirkan untuk orion. Bukan untukku. Aku tetap mencintaimu meski nafasku tidak lagi berhembus. Cintaku akan tetap abadi sampai suatu saat kita bisa bertemu lagi. Alpha, sampaiin juga untuk orion. Aku sekarang tau kenapa aku selalu kalah darinya. Karena sirius selalu mengikuti orion. Dan ini sudah takdir”. Alpha terdiam setelah membaca kalimat terakhir. Tubuhnya melemas. Dilihatnya laki-laki yang terbaring di sebelahnya. Matanya telah terpejam. Alpha memeluknya dengan erat. Amat sangat erat. Mencari ketenangan di sana. Tapi semuanya sudah berakhir. Tidak ada lagi ketenangan di sana.
“Sirius.. kau bodoh sekali”. Lamat terdengar desahan orion dengan suara parau.
“Sirius.. kau bodoh sekali”. Lamat terdengar desahan orion dengan suara parau.
Takdir mengubah yang buruk menjadi indah. Mengubah yang indah menjadi lebih indah. Dan mengubah yang lebih indah menjadi sangat indah.
Sesungguhnya takdir itu memang indah. Karena takdir ORION – ALPHA bersatu. Meskipun di hadapan mareka ada batu nisan milik sirius, itu juga indah. Karena dengan begitu berarti sirius sudah tidak perlu lagi melawan penyakitnya. Kanker otak stadium 4.
Sesungguhnya takdir itu memang indah. Karena takdir ORION – ALPHA bersatu. Meskipun di hadapan mareka ada batu nisan milik sirius, itu juga indah. Karena dengan begitu berarti sirius sudah tidak perlu lagi melawan penyakitnya. Kanker otak stadium 4.
0 komentar: