Mentari senja melambai, seperti ingin mengucapkan selamat tinggal, karena sang mentari akan kembali ke tempat peristirahatan. Hari yang cerah menjadi gelap. Langit malam yang biasanya terhiasi dengan sinar bulan dan kumpulan bintang yang menyapa, tersapu oleh awan mendung yang hitam hingga menjadi gelap gulita. Angin malam bagaikan es di hamparan kutub utara, menusuk jemari hingga bulu roman pun berdiri. Tak usah menunggu waktu yang lama, tetesan air hujan pun turun membasahi tanah dengan sesukanya. Dengan cahaya kilat dan suara petir yang menyambar begitu keras dan menakutkan.
Aku berada di tempat pribadiku yang mayoritas orang memillikinya, berada dihadapan sebuah kaca yang cukup besar, dengan ditemani sebuah pena abu-abu dan buku harianku. Ku pakai kacamata abu-abuku dan perlahan aku menulis di buku harianku.
“dear diary,
Ternyata dikelas XII b ada juga trouble maker yang kerjaannya jailin anak sekelas, apalagi aku anak baru, sebel banget. Sukannya jailin terus, padahal tadi kan aku udah ngalah sama dia,.. ehh dia malah ngajak berantem. Kayak nggak ada kerjaan lain ajah,”
Aku bingung dengan sifatnya, padahal aku tidak salah apa-apa tapi geng mereka yang membuat masalah. Aku juga mendapat informasi lain tentang mereka yaitu, siapapun yang berani melawan atau mengganggu mereka pasti akan terancam bahaya. Ku dapatkan informasi itu dari Rere teman yang sudah cukup akrab denganku. Ia sangat baik dan sabar. Ia juga diberi anugerah kecerdasan oleh sang pencipta.
Geng tara itulah namanya, si pembuat ulah. Namun semua guru yang mengajar tidak mengetahui bahwa sifat mereka seperti itu. Karena setiap dihadapan guru mereka bersikap sangat sopan. Tetapi ada satu guru yang mengetahuinya, karena beliau memperoleh informasi dariku. Beliau pun sebenarnya kurang percaya. Subianto Saputro atau biasa di kenal dengan sebutan Pak Bian, guru olah raga yang paling keren. Pak Bian adalah guru termuda di sekolah ini. Banyak sekali yang ngfans, bahkan Bu Retno guru teraneh di sekolah pun menyukai Pak Bian. Bu Retno Sanggita, guru Bahasa Indonesia yang suka lelucon. Bu retno pernah memberi sebuah ungkapan hati untuk Pak Bian.
Aku begitu ragu dengan perasaanku
Yang tiap hari menghantuiku
Tiap saat meleburkan duniaku
Hanya dirimu yang bisa kuatkan
Hanya kasihmu yang bisa tegarkan
Dan hanya cintamu yang bisa sembuhkan
Para siswa sangat illfiel melihat tingkah dan perilaku Bu Retno yang sangat aneh itu, karena usianya yang sudah menganjak 40 tahun menyukai Pak Bian yang masih berusia 23 tahun.
Hari ini aku akan melakukan sesuatu yang bisa membuat Pak Bian lebih yakin bahwa mereka benar-benar si pembuat ulah yang ada di sekolah. Saat itu Tara sedang ada di kamar mandi putri, aku tau apa yang akan ia lakukan. Aku bersiap dengan kamera digitalku. Saat ia sedang mengunci pintu kamar mandi yang didalamnya ada seorang siswi. Dan saat ia tertawa terbahak-bahak aku kembali memotretnya. Saat ia sudah pergi, aku langsung menolong siswi kelas X itu, dan segera menuju ke kantor dimana Pak Bian beristirahat. “Ada apa Klara? Sepertinya kamu sangat tergesah-gesah?” tanya Pak Bian
“Saya menemukan bukti bahwa Tara itu si pengacau pak, tadi pas ada anak di kamar mandi dia ngunci pintunya pak..” jawabku dengan sangat bersemangat.
Ketika itu Pak Bian memberitahu para guru lain. Dan juga pada saat itulah semua guru tahu, awalnya para guru itu tidak percaya dengan berita itu. Namun, setelah melihat bukti foto-foto yang ku ambil, mereka perlahan percaya.
Tak lama waktu berselang, Tara dan gengnya itu dipanggil oleh guru BK. Bu Tri Saputri, guru BK yang sangat ditakuti oleh semua siswa ini bertanya pada Tara dan gengnya. Apakah benar semua itu dilakukannya. Awalnya Tara tak mau menjawab jujur, tapi akhirnya ia menyerah dan menjawab apa adanya. Entah apa yang membutnya berperilaku seperti itu.
Tara tau bahwa yang mengadukannya ke semua guru adalah aku. Sekarang ia lebih membenciku dan selalu memusuhiku. Apalagi tentang kakak senior pembina pramuka yang menyukaiku saat pertama ia berjumpa denganku yaitu ketika aku baru pertama kali masuk sekolah ini.
Saat aku membawa secarik kertas yang bertuliskan XII b, ketika itu ia tidak sengaja menabrakku hingga aku terjatuh, kemudian ia menolongku dan menatap kedua mataku dengan tatapan mata yang sangat misterius dan berlangsung cukup lama. Ku kira ia melamun, tak lama kemudian aku menyadarkannya, dan ia pun terbangun dari lamunanya itu. Ia bertanya siapa namaku, aku pun bertanya kembali padanya. Kemudian aku menanyakan di manakah kelas XII b itu. Ternyata itu adalah kelas dimana letaknya disebelah kelasnya. Kak Fian mengantarkanku ke kelas itu, namun sebelum aku sampai di kelas itu, ia minta nomor Hpku. Aku pun memberikannya. Ketika Tara tau bahwa Kak Fian menyukaiku. Ia seperti begitu dendam kepadaku karena ia suka pada Kak Fian.
Bel pulang sekolah pun berbunyi, aku dan Rere beranjak pulang. Saat itu, ayah Rere menelfon Rere karena Rere akan diajak pergi ke Rumah Neneknya yang ada di Bandung. Dan terpaksa aku pulang sendiri. Kami berjalan menuju ke depan sekolah, dan tak lama kemudian ayah Rere datang.
Aku pun mulai berjalan pulang dengan ditemani sang Surya yang menyinari bumi ini dengan sesukanya. Tiba-tiba sebuah mobil berjalan dengan sangat lambat dan perlahan menghampiriku. Awalnya aku tak tau siapa itu, ketika kaca mobil itu di buka, ternyata ia adalah Kak Fian. Ia menawariku untuk pulang bersama, karena memang rumah kami searah. Aku pun menerima tawarannya. Tiba-tiba Kak Fian keluar dari mobilnya dan membukakan pintu mobilnya untukku. Aku sangat tidak menyangka. Ketika berada di mobil hatiku begitu deg deg-an. Ketika sampai di depan rumahku, aku mempersilahkannya masuk. Namun, ia tidak mau masuk. Aku hanya bisa mengucapkan kata terima kasih saja, karena ia tidak mau masuk ke rumahku.
Waktu pun berganti, mentari senja berubah menjadi bulan yang terang menerangi dunia ini. Saat aku akan memulai menulis di buku harianku, tiba-tiba,...
Satu dari sekian kemungkinan kau jatuh dan tanpa ada harapan
Saat itu raga ku persembahkan bersama jiwa, cita, cinta dan harapan
Kita sambung satu per satu sebab akibat tapi tenanglah mata hati kita kan lihat
Menuntun ke arah mata angin bahagia kau dan aku tau jalan selalu ada
Ponselku berbunyi dan tertulis privat number, aku sedikit bingung karena tak tau siapa itu. Saat aku mengangkatnya, ternyata ia adalah Kak Fian. Aku begitu kaget mendengarnya. Ia mengungkapkan perasaannya kepadaku. Aku sangat tidak menyangka, padahal ia belum kenal lebih jauh denganku. Yah,..memang aku juga menyukainya, tetapi aku mengtakan bahwa Tara mencintainya. Namun ia malah mengatakan sesuatu yang sangat tak ku sangka,
Aku tidak akan mencintai siapapun selain dirimu
Aku akan berusaha menjagamu sekuat tenaga
Jiwa dan ragaku hanya untukmu
Hidup dan matiku kan korbankan untukmu
Tapi aku bingung dengan perasaanku sendiri, karena aku juga menyukai Kak Rio yaitu teman dekat Kak Fian. Memang, Kak Rio begitu cuek, pendiam, dan tidak terlalu memperhatikan keadaan di sekitarnya. Aku juga bingung mengapa aku bisa menyukai Kak Rio, mungkin karena sifatnya yang misterius itu membuatku lebih penasaran dengan sifat aslinya. Terpaksa aku harus menolak cinta Kak Fian. Aku tau bahwa Kak Fian sangat berharap kepadaku, namun apa daya perasaan tidak bisa dipaksa. Aku hanya meminta maaf kepadanya. Saat ia menanyakan mengapa aku tidak menerima cintanya, aku pun menjawab bahwa aku mencintai orang lain. Namun aku tidak mengatakan siapa orang yang ku sukai itu. Tak lama berselang, Kak Fian berkata padaku,..
Aku akan selalu menunggumu
Aku tak akan menyerah untuk mendapatkanmu
Aku akan menunggumu sampai kapanpun
Dan perasaanku tak akan berpaling kepada siapapun
Ingatlah aku akan selalu setia bersamamu
“Klaraaa,.. cepat kemari!!!” tiba-tiba mama memanggilku. Dan akupun mengatakan kepada Kak Fian bahwa mama memanggilku. Kemudian ia pun berpamitan dan menutup telepon dengan mengucapkan “sampai ketemu besok”. Aku pun menjawab salamnya itu.
“Bentaarr maaa,..ada apa maa” tanyaku
“Ada Rere tuh, sana temuin” jawab mama dengan nada tinggi.
Rere sudah menunggu di ruang tamu, aku pun segera menemuinya. Ternyata ia hanya mengatakan bahwa besok ada ulangan kimia dan ia ingin meminjam buku Bahasa Inggrisku. Aku segera mengambilkannya, dan aku berkata padanya bahwa Kak Fian baru saja menelfonku dan menyatakan perasaan cintanya kepadaku. Rere sangat kaget mendengarnya. Lalu ia bertanya padaku apakah aku menerimannya. Lalu aku menjawab kalau aku menyukai Kak Rio, dan aku hanya tidak ingin memaksakan perasaanku sendiri. Tetapi sebenarnya aku juga menyukainya.Alasan lain mengapa aku tidak menerima cintanya adalah karena banyak yang menyukainya. Apalagi Tara.Tak lama kemudian, setelah aku dan Rere asik berbincang-bincang. Rere pun berpamitan untuk pulang.
Aku bergegas menuju ke kamar dan mulai belajar kimia untuk ulangan esok hari, dan pelajaran-pelajaran lain. Memang mata pelajaran Kimia ini sulit bagi orang yang sering menggunakan otak kanannya untuk berfikir, karena Kimia memerluka otak kiri untuk berfikir. Seperti halnya Kak Fian yang selalu mendapatkan peringkat pertama di kelas. Kata Rere mulai dari kelas X, ia selalu menjadi juara kelas.
Waktu menunjukkan pukul 21.17 aku membereskan semua buku yang besok akan ku bawa ke sekolah. Dan aku pun membuka buku harianku dan mulai menulis,..
“dear deary,
Aku pasti terlalu jahat sama Kak Fian, kenapa aku nggak bisa ngertiin perasaannya. Padahal kan dia berharap banget sama aku. Tapi gimana juga aku kan lebih suka sama Kak Rio. Lagian aku juga udah minta maaf sama dia. Hmm, ketiga kalinya ditembak cowok yang aku suka tapi nggak tak terima. Yaah, Kak Fian adalah orang ke tiga”
Setelah selesai, aku segera menutup dan menyimpan buku harianku. Aku pun berbaring di tempat tidurku, dan tertidur lelap disana.
***
Krriing,..Krriing,.. Suara jam wekerku berbunyi, aku pun terbangun dan bergegas mandi lalu bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Saat aku berangkat bersama Papa dengan mobilnya yang dibawa bekerja itu, aku melewati rumah Rere, dan seperti biasa. Rere sudah menunggu di depan rumahnya. Kami pun berangkat bersama.
Setibanya di sekolah aku bertemu dengan Kak Rio, dengan jaket berwarna biru, rambutnya begitu hitam dan masih basah sehingga ia tampak sangat cool. Berjalan dengan sikap arogan dan cueknya ia membawa sebuah bola basket. Ia seperti akan menuju ke kalas. Hatiku merasa dag dig dug saat melihatnya.Tak kusangka tiba-tiba ia menoleh kepadaku kemudian ia berjalan mendekatiku. Rere sudah berjalan menuju ke kelas dan meninggalkanku karena hari ini adalah jadwal piketnya. Ia semakin mendekatiku, aku seperti orang sedang melamun. Saat ia ada di depanku, ia menyadarkan lamunanku, dan berkata “hati hati tali sepatumu belum terlepas”. Tak cukup lama ia berada dihadapanku, ia langsung pergi dan tidak berkata-kata lagi.
Dengan rasa sangat bahagia, senang, namun begitu sungkat, aku pun berjalan menuju ke kelas. jam ketiga, saatnya aku ulangan Kimia. Ini tidak begitu berat, karena aku menyukai pelajaran itu. Aku memang orang yang tidak begitu suka dengan kegiatan yang berhubungan dengan karya seni atau sejenisnya. Walaupun hanya disuruh membuat karangan aku cukup kesulitan membuatnya.
Bel istirahat terdengar begitu keras. Semua lembar jawaban terkumpul di atas meja, begitu juga milik Tara dan teman-temannya. Ia sangat percaya diri dengan jawabannya itu dan berjalan ke luar. Melewati tempat dudukku, dan berkata ”Si cewek baru nggak mandi tuh tadi pagi”. Sebenarnya apa sih yang dia mau.
Aku dan Rere menuju ke kantin, dan Rere memesan dua mie ayam dan dua gelas es jeruk. Setelah ia memesan, ia kemudian meninggalkanku karena ia pergi ke kamar mandi. Tiba-tiba Kak Fian berjalan ke arahku, dan duduk di sebelahku. Ia ingin mengajakku keluar malam ini. Ia sangat memohon agar aku menerima ajakkannya itu. Tak lama aku berfikir, aku menerima ajakkannya itu. Ia kemudian berterima kasih kepadaku. Rere datang dengan membawa mie ayam dan es jeruk yang ia pesan tadi, dan Kak Fian pun pergi meninggalkan kami.
“Lho kok Kak Fian pergi, hayyo abis ngapain???” tanya Rere
“Aku entar malem diajak Kak Fian keluar” jawabku
“Ciee,.. terus kamu mau nggak? Pasti mau, tapi Kak Fian ngajaknya jam berapa??” tanya Rere bertubi-tubi
“Aku mau, tapi nggak tau jam berapa, paling entar dia juga sms aku” jawabku dengan nada datar.
Kami pun melanjutkan makan, dan segera menuju ke kelas karena bel sudah berdering.
Tiba waktu pulang sekolah, saat aku sampai di rumah aku tertidur pulas walaupun aku masih memakai seragam sekolah. tiba-tiba suara pintu kamarku terdengar sambil memanggilku. Pasti itu suara mama. Ku buka pintu kamarku, dan mama langsung menyuruhku mandi dan berpakaian serapi mungkin, karena kak Fian sudah menjemputku dan menunggu di ruang tamu. Dengan segera aku mandi dan berpakaian. Setelah selesai aku langsung menuju ke ruang tamu untuk menemui kak Fian dan meminta maaf kepadanya, karena ia sudah menugguku sangat lama, karena aku lupa kalau aku punya janji sama Kak Fian. Yah maklum tadi pas pulang badanku kecapekan.
Kak Fian mengajakku dinner di sebuah restoran yang cukup mewah. Kami duduk berhadapan. Sambil menunggu makanan yang di pesan Kak Fian. Kami ngobrol berdua, obrolan itu tiba-tiba terhenti, dan sejenak kami terdiam. Kak Fian menatapku dengan kedua bola matanya yang indah itu. Tiba-tiba Kak Fian menarik tanganku ke atas meja. Dan ia pun mengungkapkan isi hatinya itu padaku.
Setelah selesai makan berdua, kak Fian mengantarkanku pulang. Ketika masih berada di mobil kak Fian memberiku setangkai bunga mawar merah dan sebuah coklat. Awalnya aku tidak mau menerimanya, tetapi ia memaksa agar aku menerimannya walaupun kami nggak jadian. Tiba di rumah, aku pun menuju ke kamar dan tertidur pulas di tempat tidurku.
Acara Purnawiyata untuk kelas XII akan dilaksanakan dua hari lagi. Semua siswa kelas XII mempersiapkan perlengkapan yang akan dipakai untuk acara Purnawiyata. Acara itu akan dilakukan di Lapangan sekolah, dengan panggung besar yang hari ini sudah disiapkan. Aku begitu penasaran sama hasil UNASku. Dan aku juga nggak tau dimana aku harus duduk saat Purnawiyata berlangsung. Aku Cuma bisa berdoa, dan yang penting aku sudah berusaha semampuku. Dengan bekal dari sekolahku yang dulu juga bimbingan dari bapak ibu guru di SMA Bina Bangsa ini.
Ketika aku pulang dari mall bersama mama. Tiba-tiba ponselku berdering dan tertulis Rere. Aku segera mengangkatnya. Dan tak kusangka Rere membawakan berita yang sangat buruk yaitu bahwa Kak Fian meninggal karena penyakit kanker stadium akhir yang dideritanya selama ini. berita buruk lainnya adalah Kak Rio dan geng Tara terlibat kasus narkoba. Setibanya di rumah aku menangis tersedu-sedu bagaikan seseorang yang telah ditinggalkan oleh sesuatu yang sangat berharga. Hingga aku sempat tidak bisa tidur, karena memikirkan Kak Fian. Aku masih sangat tidak percaya kalau kejadian ini terjadi. Rasanya semua ini seperti mimpi.
Aku tak tau apa yang harus ku lakukan, karena aku seperti sudah menyakiti hatinya. Aku merasa bersalah atas kejadian ini. Aku sungguh tak menyangka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bisa melihat sosok Kak Fian. Memang Tuhan sudah menakdirkan semua ini. Kini aku hanya bisa melihat foto Kak Fian yang pernah kuambil ketika aku sedang melihatnya di sekolah.
Acara Purnawiyata ini dihadiri oleh semua kelas XII, XI, & X, serta para guru dan orang tua wali murid. Saat aku mencari dimana aku duduk, ternyata aku duduk tepat dibelakang kursi Kak Fian. Sedang Rere duduk di kursi kedua. Kak Fian lah yang mendapat NUN tertinggi se SMA Bina Bangsa. Namun, tak terlihat kebahagiaan yang terpancar di wajah orang tua mereka. Mereka menampakkan wajah kebanggaan juga kesedihan. Aku sangat menyesal karena aku sangat menyia-nyiakannya. Yang ternyata Kak Rio adalah seorang anak yang terlibat dalam kasus narkoba. Aku juga tidak menyangka semua ini terjadi begitu saja.
Hari ini orang tua Kak Fian ke rumahku dan mereka mencariku. Mereka memberikan sebuah surat yang ada dibawah buku harian Kak Fian di kamarnya. Orang tuanya menemukan surat itu dan tertulis “to Klara”, karena itu orang tua Kak Fian memberikan surat itu padaku. Saat aku menerima surat itu, aku langsung membuka dan membacanya,..
“ Terima kasih Klara karenamu hidupku penuh warna, karenamu pula aku bisa menikmati kebahagiaan walaupun singkat namun aku begitu menikmati kebahagiaan yang telah kita lewati saat kita makan berdua kemarin. Aku hanya ingin melihat hidupmu bahagia, walaupun kau tidak mencintaiku. Namun aku sangat mencintaimu sampai ragaku ini sudah tidak bernyawa,.. maafkan aku Klara jika aku pernah menyakitimu, atauoun memaksamu. Aku hanya ingin membahagiakanmu dan hidup bahagia bersamamu.”.
Air mataku tak tertahan lagi ketika aku membaca surat itu. Surat yang tertulis dengan tinta biru dan didalamnya terdapat foto saat aku dan Kak Fian makan bersama. Aku lari menuju kamar, dan menagis hingga hampir larut malam. Aku berfikir bahwa aku benar-benar orang yang bodoh. Kini aku hidup dengan rasa penyesalan yang menyelimuti. Dalam surat Kak Fian yang tertulis di kertas paling bawah “Janganlah kau bersedih jika aku tidak disampingmu lagi, karena saat ini aku ada di sisimu, dan aku akan selalu ada di hatimu”. Penyesalan begitu dalam yang mengelabuhiku. Juga kebahagiaan yang begitu singkat untuk kurasakan.
_the end_
0 komentar: