Ketika zaman semakin menampilkan wujud dari akhir sebuah kehidupan yang semestinya dipupuk dengan sebuah keberadaban yang rukun tanpa sebuah perdebatan, pembantian, hinga tumbuh sebuah aliran pemecah dari sebuah keharmonisan rukun agama yang bertengger menampilkan bahwa, ia adalah sang penguasa jagat alam ini haruslah menjadi sebuah kajian yang harus kita ketahui seksama dengan menelaah mana yang baik dan buruk.
Panorama dunia yang kini menghembuskan sebuah fenomena budaya yang menggambarkan akan kilas balik kejahiliaan masa silam, dengan sebuah wujud moral yang tak lazim di nikmati oleh kaum muslim di dunia. Namun, ia menampilkan sebuah awak yang kini lumrah dijejerkan dan diaplikasikan oleh banyak orang khusunya kaum muslim. Budaya pakaian ala barat yang mengekspresikan sebuah kekinian, akan tetapi keluar dari koridor hijab syar’i yang diajarkan oleh syariat islam itu sendiri dalam menjaga kehormatan seorang muslim
Pergaulan yang semakin tidak karuhan dengan sebuah kenakalan remaja yang berkembang secara cepat di setiap daerah dengan sebuah awal coba mencoba memakai obat-obatan terlarang yang kemudian terjerumus pada perbuatan nista sex bebas yang merajalela dengan hilangnya sebuah kesucian yang murni pada diri.
Rehabilitasi
Gundam melihat arus jejak para remaja yang semakin hari tidak mencerminkan ke elokan sosok yang nantinya sebagai aset para penerus bangsa, dengan gejolak maraknya pembodohan masal melalui wahana kenakalan remaja.
Kearifan KH. Ahmad Shohibul Wafa Tajun ‘Arifin yang lebih dikenal Abah Anom, dalam mendirikan sebuah pondok remaja inabah sebagai tempat rehabilitasi para pecandu narkoba dan kenalakan remaja dengan metode mandi malam, dzikir dan shalat-shalat sunah lainnya memberikan sebuah refleksi baik akan sebuah kesucian jiwa yang diawali dari sebuah maqom taubat.
Inabah yang berarti pengembalian atau pemulihan, maksudnya proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah ke jalan yang mendekat ke Allah. Sebagai mana tertuang dalam QS. Lukman ayat 15 “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Kembalinya sebuah kesucian jiwa “tazkiyatun nafs” dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau taat menjadi sebuah pijakan awal melangkah dalam menyucikan jiwa.
Metode yang digunakan oleh inabah melalui Mandi malam memberikan refleksi baik guna lemahnya kesadaran akibat mabuk, mandi malam yang memiliki khasiat mengembalikan saraf-saraf yang putus. Mandi dan wudlu yang dilaksanakan akan menjadikan kesucikan pada tubuh dan jiwa sehingga siap untuk ‘kembali‘ menghadap Allah Yang Maha Suci.
Makna simbolik dari wudlu adalah: mencuci muka, mensucikan bagian tubuh yang mengekspresikan jiwa; mencuci lengan, mensucikan perbuatan; membasuh kepala, mensucikan otak yang mengendalikan seluruh aktifitas tubuh; membasuh kaki, dan mensucikan setiap langkah perbuatan dalam menapaki sebuah kehidupan yang baik dengan sebuah perilaku terpuji yang terus konsiten.
Penyucian jiwa “tazkiyatun nafs” dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT tentu memiliki sebuah tahapan, sebuah proses yang kemudian menghantarkan jiwa ini pada kedekatan “muroqobah” pada sang ilahi secara utuh. Dalam kajian tasawuf melalui ahwal (sifat) takhalli, tahalli dan tajalimenjadi landasan dasar sebuah perjalanan seorang salik untuk mencapai ketetapan bersama dekat dengan Allah SWT.
Takhalli yang menjadi awal dari sebuah pensucian jiwa dengan mengosongkan diri dari sifat sifat tercela seperti syirik, riya, ujub, ghanimah dan lainnya. Kemudian, ditahap yang selanjutnya ialah tahalli, upaya menghiasi diri dengan sifat sifat terpuji yang mencerminkan jiwa yang baik dibalut dengan sebuah perilaku yang hasanah seperti dermawan, rendah hati, sopan dan sebagainnya. Hal inilah yang mencerminkan sebuah kesucian jiwa atas sebuah batang yang didambakan.
Tahap yang kemudian ialah tajalli, yang merupakan puncak dari tahapan takhalli dan tahalli dalam mencapai sebuah perkenalan dekat dengan Allah SWT pada jiwa yang suci dengan secara konsisten dihiasi akhlak mahmudah dalam mencapai sebuah muroqobah (kedekatan).
Sebuah cita
Dari banyaknya fenomena pergaulan yang tidak senonoh dengan menampilkan sebuah gaya ke baratan layaknya corak suatu kewibawaan kekinian namun, dibalik itu terselip nilai nilai dan norma yang tentu tidak sesuai dengan budaya negeri pertiwi. Bagi saya, bangsa ini terlah dirasuki ruh ruh kebaratan yang kemudian merasuki para pemuda pertiwi dengan gaya yang sok elegan tanpa melihat dimana iya tinggal dengan budaya yang tidak sama dengan mereka (barat) dalam hal budaya.
Kembali kepada kesucian jiwa sebagai landasan pijak melalui proses taubat dalam kaidah maqom tasawuf merupakan hal yang baik pasca tingkah yang tak sejalur dengan apa yang di ajarkan oleh agama islam. Tingkah laku, pakaian, dan pergaulan yang kini sudah semrau dengan perkembangan zaman yang semakin modern. Pengawasan dan pemberlajaran baik di lingkungan keluarga, sekolah, pesatren dan lingkungan masyarakat tentu harus diperhatikan dalam perkembangan zaman kini.
Melalui program revolusi mental yang diusung oleh pemerintahan Jokowi-JK semoga memberikan sebuah nilai positif pada para pemuda dan masyarakat Indonesia dalam berperilaku dan sopan santun yang mencerminkan sucinya sebuah hati, mengutip penggalan hadits pada kitab arbain an-nawai “di dalam diri manusia terdapat segumpa daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuh, ketahuilah bahwa ia adalah hati”.
0 komentar: